Industry 4.0
adalah nama yang disematkan pada tren revolusi perkembangan industri yang
mensinergikan antara pertumbuhan jumlah data yang sangat besar (Big Data) yang
didorong utamanya oleh peningkatan konektivitas via Internet of Things dan
Cloud Computing sehingga semua hal punya identitas digital dan rekam jejaknya;
kemudian dipelajari data tersebut dengan teknik Advanced Data Mining. Data
analysis tersebut kemudian dilengkapi dengan perkembangan teknologi automasi
dan 3D printing yang semakin fleksibel. Kemudian dasarnya diotaki oleh
perkembangan Artificial Intelligence dan Machine Learning. Sebenarnya Industry
4.0 bukan penemuan Baru, tetapi upaya membaca tren industri
berdasarkan perkembangan teknologi.
3
Pilar Teknologi pada Industry 4.0, yaitu:
1. Dari sisi fisik
Teknologi fisik dalam bentuk automasi menggunakan
robot - robot industri, sensor RFID dan 3D printing berkembang pesat, sehingga
menghasilkan sistem produksi di dalam industri yang makin efisien.
2. Dari sisi
konektivitas
Dalam konsep Internet of Things, semua alat atau
bahkan mungkin manusia akan memiliki identitas digital yang diambil dari
sensor", sehingga datanya dapat dikumpulkan secara real time. Data
tersebut akan semakin besar sehingga menjadi Big Data yang ditampung dalam
Cloud yang semakin besar kapasitasnya. Data tersebut kemudian bisa dipelajari
hubungan dan pola di dalamnya dengan teknik Data Mining.
3. Dari sisi otak
sistem
Perkembangan Kecerdasan Buatan dan Machine Learning,
membuat AI bisa belajar secara mandiri dan bisa mengambil keputusan - keputusan
secara mandiri.
Tujuan dari Industry 4.0 adalah menghasilkan
industri yang self-optimized yang sangat efisien dan mampu memproduksi dalam
bentuk kostumisasi masal. Ada yang harus dicatat bahwa BELUM ada negara yang
mencapai Industry 4.0 yang sesungguhnya (*Truly Industry 4.0*) ketika Industri
sudah terintegrasi dan terdigitalisasi secara penuh dan kemudian menghasilkan
produktivitas dan efisiensi yang sangat tinggi.
Mengapa
tren Industry 4.0 terjadi sekarang ?
Ada
3 hal mengapa era industri sekarang bisa mengarah ke Truly Industri 4.0:
1. Keberadaan
Data
90%
data yang tersimpan di internet, dihasilkan dalam 2 tahun terakhir: kita
menghasilkan data dalam jumlah yang besar dan bertumbuh dengan pesat setiap
tahunnya.
2. Kemampuan
Komputerisasi
Komputer
mampu memproses hingga 318000 million instructions per second sekarang ini
dibandingkan pada tahun 1970an yang hanya mampu memproses < 1 million
million instructions per second.
3. Kesiapan
masyarakat dunia
Ini
ditandai dengan persentase penetrasi internet yang semakin tinggi.
Industry 4.0 merupakan kelanjutan 3 revolusi
industri yang terjadi sebelumnya. Industri 1.0 adalah saat dimana mesin
produksi mekanik berbasis tenaga uap dan air diperkenalkan; pada sekitar tahun
1784. Revolusi teknologi ini me-mekanisasi proses pertambahan nilai yang
tadinya berbasis craftmanship dalam dunia fabrikasi dan secara ekonomi keseluruhan
didominasi oleh ekonomi agrikultur. Mesin – mesin produksi berkembang.
Masyarakat berubah dari petani menjadi buruh dan kota – kota industri
bermunculan.
Industri 2.0 adalah saat dimana produksi massal
mulai berkembang pesat. Lini produksi dan ban berjalan digunakan secara masif.
Walau lini produksi sudah dipakai semenjak 1870 di lini produksi pemotongan
ayam di Cincinnati, Ohio AS; revolusi ini menemukan bentuknya pada produksi
mobil Ford Motor di medio 1920an. Ford Motor dan perjumpaannya dengan konsep
Scientific Management yang dibawa oleh Frederick W. Taylor; memungkinkan
produksi massal terjadi secara efisien. Taylor menemukan bahwa sistem kerja
bisa dibangun secara saintifik dan kuantitatif. Scientific Managemet mewujudkan
konsep Division of Labour-nya Adam Smith kedalam analisis yang sistematis yang
kemudian nantinya (bersama dengan Frank Gilberth) melahirkan ilmu Time and
Motion Study. Ilmu inilah yang kemudian melahirkan salah satu keilmuan paling
penting di dunia: Teknik Industri.
Industry 3.0 terjadi ketika ditemukannya
programmable logic controller (PLC) pada tahun 1969 hingga era sekarang.
Penemuan PLC membuka pintu dan kemudian menjadi jalan bagi penggunaan robot dan
automasi dalam industri. Hal ini diperkuat dengan peningkatan kemampuan proses
komputer yang didukung dengan penemuan teknologi:
1. Transistor
(1956 – 1964)
2. Integrated
circuit (1964 - 1971)
3. Mikroprosesor
(1971 – sekarang)
Elemen
kunci dari Industry 4.0 adalah:
1. Konektivitas
penuh dengan kemampuan pemrosesan real-time
2. Sistem
yang terdesentralisasi, cerdas and mampu melakukan self optimizing/organizing
3. Sistem
yang berbentuk modular and reconfigurable (mudah dikonfigurasi ulang)
Beberapa
contoh klaster teknologi perkembangan teknologi yang mengarahkan ke Truly
Industry 4.0:
a. Interrelasi
Klaster Teknologi 1
Teknologi yang
berkembang di dunia fisik:
Ø Robotics
Ø Automation
equipment
Ø Traditional
machinery
Dikombinasi
dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø Advanced
algorithms
Ø Machine
learning
Ø High-performance
hardware
Menghasilkan
solusi Industri 4.0: Self-Learning
Robot.
b. Interrelasi
Klaster Teknologi 2
Teknologi
yang berkembang di dunia fisik:
Ø Traditional
machinery
Ø Traditional
& semiconductor based sensors
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di
dunia cyber:
Ø Advanced
data analytics
Ø Database
mgmt. systems
Ø Cloud
computing
Menghasilkan solusi Industri 4.0: predictive
maintenance, alih - alih preventive apalagi corrective maintenance.
c. Interrelasi
Klaster Teknologi 3
Teknologi
yang berkembang di dunia fisik:
Ø Traditional
machinery
Ø RFID
Ø Automation
equipment
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di
dunia cyber:
Ø Embedded
systems
Ø Real-time
image processing (e.g. OCR)
Ø Data
storage hardware
Menghasilkan solusi Industri 4.0:
Self-reconfiguring machineterrelasi
Klaster Teknologi 4
Teknologi
yang berkembang di dunia fisik:
Ø Camera
& imaging systems
Ø Visual
sensors
Ø Traditional
sensors
Dikombinasi dengan teknologi yang
berkembang di dunia cyber:
Ø Real-time
image processing
Ø Advanced
data analytics
Ø Advanced
algorithms
Menghasilkan solusi Industri 4.0:
smart environment recognition: smart factori.
Implikasi langsung dari
perkembangan teknologi yang memungkinkan konektivitas tingkat tinggi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dari produksi massal, bahkan kostumisasi massal
2. Sistem produksi fleksibel yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan variabilitas permintaan
pelangga
3. Integrasi nilai dari pelanggan ke dalam sistem pertambahan nilai (baca: produk yang akan dihasilkan secara utuh
4. Kemampuan menghasilkan produksi dan layanan bernilai tinggi
1. Efisiensi dari produksi massal, bahkan kostumisasi massal
2. Sistem produksi fleksibel yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan variabilitas permintaan
pelangga
3. Integrasi nilai dari pelanggan ke dalam sistem pertambahan nilai (baca: produk yang akan dihasilkan secara utuh
4. Kemampuan menghasilkan produksi dan layanan bernilai tinggi
Lebih rinci lagi, karakteristik Industry 4.0 adalah
revolusi industri yang berpotensi mengubah industri :
- From mass production to mass customization
- From volume scale effect to localized & flexible units
- From planned make to stock to dynamic make to order
- From product to usage
- From cost driven to ROCE driven
- From Taylorism to flexible work organization
- From hard working conditions to attractive work space
Industry 4.0 membutuhkan waktu 10 – 15 tahun agar
mencapai maturity (dengan menggunakan asumsi negara seperti Jerman) – sumber
Roland Berger:
- Sekarang: laboratory sollution
- 2018 – 2020: installasi projek-projek pilot
- 2020 – 2025: adopsi secara lebih lua
- 2025 – 2030: transisi menjadi True Industry 4.0
Nah,
kita harus melihat dan mengacara kepada Pionir dari pengembangan konsep
Industry 4.0 sekaligus negeri yang paling siap dalam mencapai Truly Industry
4.0: Jerman
Jerman
meluncurkan inisiatif I40 pada tahun 2011
• Objective: Establish Germany as lead market and
provider for advanced manufacturing solutions
• Timeline: 2011- 2020
• Focus Sector: iklim / energi, kesehatan,
mobilitas, keamanan, komunikasi
• Fokus Teknologi: IoT, Cyber Physical Systems
• Skema Program: pendanaan publik sebesar 200 juta
euro dengan pendanaan pihak swasta untuk R & D: 50% untuk UKM
• Dampak program: Expected productivity benefits
sebesar EUR 90-150 miliar pada 5-10 tahun mendatang, I40 platform terbesar dan
paling bervariasi dalam konteks Industry 4.0, sudah mendanai lebih dari 500 I40
projects
Jika Jerman saja memprediksi butuh waktu 15 tahun
untuk mencapai Truly Industri 4.0, bagaimana dengan Indonesia. Pemerintah RI
baru saja meluncurkan Peta Jalan (Roadmap) Indonesia dalam mencapai Industry
4.0 dengan menggunakan nama: Making Indonesia 4.0. Sebagai disclaimer, saya
hanya menyampaikan apa yang disampaikan pemerintah dan belum melakukan analisis
secara sistematis apakah Indonesia SIAP atau TIDAK. Tapi setidaknya dari gambar
ini, Indonesia masih dalam posisi yang BELUM SIAP, sehingga keberadaan Making
Indonesia 4.0 menjadi relevan.
Jika dilihat dari gambar di atas, posisi Indonesia
ada di kuadran kiri bawah: Nascent. maknanya: kompleksitas dan kemampuan
produksi dan pendorong kebutuhan produksi Indonesia masih kurang.
Making Indonesia 4.0
Latar Belakang:
- Indonesia merupakan bagian dari negara G20. Tapi proporsi terbesar GDP justru berasal dari konsumsi: sekitar 55% dan Net Export berada dalam posisi 0%.
- Indonesia mengalami bonus demografi hingga sekitar tahun 2030
Selain
itu, Indonesia ingin menghindarkan diri dari Middle Income Trap atau Economic
Vicious Cycle:
Minim investasi ke Teknologi, Infrastruktur, dan SDM
> minimnya produktivitas > lemahnya kemampuan untuk mendapatkan pemasukan
(net export, foreign direct investment > lemahnya kemampuan finasial >
biaya modal yang tinggi > minimnya sumber pembiayaan > Minim investasi ke
Teknologi, Infrastruktur, dan SDM (kembali ke awal)
Hubungan pengaruh
Dalam bahasa sederhana: kita selamanya akan menjadi
negara berkembang. Padahal kita seharusnya berubah dari negara yang bergantung
dari kayanya sumber daya dan murahnya upah buruh; berpindah menjadi negara yang
berbasis produktivitas, teknologi dan inovasi. Selain itu ada fakta - fakta
lain yang kurang menggemberikan:
Indonesia mengeluarkan pengeluaraan yang sangat minim untuk Teknologi.untuk ICT: hanya 1.3% of GDP, 45 dollar per kapita.
Kenaikan upah buruh relatif tinggi, tetapi tidak didorong peningkatan yang proporsional dari kenaikan produktivitas (jika dibanding China dan India).
Indonesia adalah negara ASEAN dengan aliran perdagangan terendah di ASEAN (37% dari GDP) dengan dibarengi dengan menurunnya Net Export (0.8% dari GDP).
Investasi asing mengalami stagnansi (rata rata 3.4% dari GDP 2013 – 2016)
Indonesia mengalami deindustrialisasi: komposisi GDP sektor manufaktur menurun dari 25.2% pada tahun 2000 menjadi 21.7% pada 2015 dan diprediksi akan menurun kembali me menjadi 16.3% pada 2030. Sedangkan sektor jasa kita meningkat dengan 11.9% pertumbuhan hingga 2030
Indonesia mengeluarkan pengeluaraan yang sangat minim untuk Teknologi.untuk ICT: hanya 1.3% of GDP, 45 dollar per kapita.
Kenaikan upah buruh relatif tinggi, tetapi tidak didorong peningkatan yang proporsional dari kenaikan produktivitas (jika dibanding China dan India).
Indonesia adalah negara ASEAN dengan aliran perdagangan terendah di ASEAN (37% dari GDP) dengan dibarengi dengan menurunnya Net Export (0.8% dari GDP).
Investasi asing mengalami stagnansi (rata rata 3.4% dari GDP 2013 – 2016)
Indonesia mengalami deindustrialisasi: komposisi GDP sektor manufaktur menurun dari 25.2% pada tahun 2000 menjadi 21.7% pada 2015 dan diprediksi akan menurun kembali me menjadi 16.3% pada 2030. Sedangkan sektor jasa kita meningkat dengan 11.9% pertumbuhan hingga 2030
Pemerintah berharap: Making Indonesia 4.0 bisa
menjadi jalan untuk merevitalisasi industri manufaktur untuk menyerap
pertumbuhan jumlah usia kerja akibat bonus demografi (30 juta orang pada 2015 -
2030). Cita - citanya, dengan Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa mencapai:
Ø Meningkatkan
net export dari 0.8% dari GDP tahun 2016 hingga 10% dari GDP pada tahun 2030.
Benchmarking dari net export Indonesia di ASEAN tahun 2000: 10% dari GDP
Ø Meningkatkan
labor productivity / cost menjadi 2x
Ø Meningkatkan
persentase pengeluaran R&D, dari 0.3% dari GDP tahun 2016, menjadi 2% di
tahun 2030
Berdasarkan kelayakan dan kontribusi nilai (ukuran
Industri dan potensi net export), maka dipilihlah 5 sektor industri fokus oleh
pemerintah: Industri makanan, tekstil, otomatif, elektronik, kimia. Untuk
mencapai itu, pemerintah membuat Roadmap sebagai berikut:
Secara
garis besar, ada 10 prioritas nasional dalam mewujudkan Making Indonesia 4.0:
1. perbaikan
alur aliran material dengan memperkuat produksi material sektor hulu
2. mendesain
ulang zona industri dengan membangun peta jalan zona industri nasional
3. akomodasi
standar keberlanjutan (sustainability)
4. pemberdayaan
UMKM termasuk usaha mikro
5. membangun
infrastruktur digital nasional
6. menarik
investasi asing dengan menargetkan perusahaan manufaktur terkemuka global
7. peningkatan
kualitas SDM
8. pembentukan
ekosistem inovasi dengan pengembangan sentra Research & Development &
Design (R&D&D) oleh pemerintah, swasta, publik, maupun universitas
9. menerapkan
insentif investasi teknologi dengan memperkenalkan tax exemption atau subsidi
untuk adopsi teknologi dan dukungan pendanaan
10. harmonisasi
aturan dan kebijakan dengan melakukan harmonisasi kebijakan dan peraturan
lintas kementerian.
Jika dilihat, masih banyak yang harus dikejar untuk
mengisi kekosongan roadmap yang sudah dibuat pemerintah. Tetapi kita harus
apresiasi pemerintah, karena sy pribadi khawatir Winners take all dalam konteks
Industry 4.0 ini: siapa yang menguasai kemampuan Industri 4.0, dia yang akan
mendapatkan semuanya. Dalam skala duniasi, kalau tidak diantisipasi dengan baik
Prof. Klaus Schwab bilang akan terjadi kerentanan sebagai berikut:
Ketidakmapuan organisasi/bisnis beradaptasi;
kegagalan pemerintah untuk meregulasi teknologi baru untuk mengoptimalkan
keuntungan; masalah keamanan siber; ketimpangan ekonomi, and polarisasi di
masyarakat.
Diskusi:
1.
Abror
Instansi: Unnes
Pertanyaan:
Menurut
bapak apakah negara kita telah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0?
Darimanakah konsep revolusi industri? Kenapa kita harus mengikuti konsep
revolusi industri 4.0 jikalau negara kita memang belum siap dalam menghadapi
era modern? Bukankah kita baru selesai dijajah 73 tahun yang lalu? Sedangkan
negara maju telah melalui era modern mereka (postmodernisme). 132 juta orang
pengguna internet di Indonesia dengan durasi rata-rata menggunakan internet 8
jam 51 menit per harinya, data dari wearesocial.com. Bagaimana dampak yang
diberikan oleh revolusi industri 4.0 terhadap masyarakat, dan peran apa yang
dapat diambil oleh orang-orang intelektual? Dan kemana arah fokus Indonesia
saat ini dalam memajukan peradaban Negara ?
Untuk
konsep revolusi industri 4.0 bukannya lebih berbahaya jika mengintegrasikan
dengan IoT ? Menurut bapak apakah
negara kita telah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0?
Jawaban:
Belum. dari gambar yang saya share tadi, kita masuk
dalam kuadran yang belum siap. jauh tertinggal dari Singapura. Darimanakah
konsep revolusi industri? konsep ini sering kita pakai untuk menggambarkan
proses transisi masyarakat Inggris tahun 1760an, dari masyarakat agraris ke
masyarakat Industri dengan ditemukannya mesin uap. revolusi Industri 4.0 adalah
upaya ahli untuk membuat analisis hubungan antara tiap revolusi. Revolusi: perubahan
yang terjadi secara radikal, atau pakai bahasa sekarang: disruptive.
Kenapa kita harus mengikuti konsep revolusi industri
4.0 jikalau negara kita memang belum siap dalam menghadapi era modern? Profesor
saya di Jerman termasuk yang skeptis terhadap Industry 4.0. saya juga bertemu
dengan Profesor dari UTM Malaysia yang menyampaikan hal yang sama. Masalahnya
adalah: jika kita tidak mencoba untuk menguasai, atau minimal memahami konsep
ini, maka sy khawatir bahwa negara - negara yang menguasai ini akan mendapatkan
semua manfaatnya, sedangkan kita tidak. catatan: tidak semua jenis Industri
membutuhkan Truly Industry 4.0.
Bagaimana dampak yang diberikan oleh revolusi
industri 4.0 terhadap masyarakat, dan peran apa yang dapat diambil oleh
orang-orang intelektual? Yang paling sering dibayangkan, tapi susah
diantisipasi: perubahan kebutuhan tenaga kerja. banyak pekerjaan yang akan
diotomasi dan digantikan oleh robot. dan akan muncul pekerjaan - pekerjaan
baru. kalau sistem pendidikan kita tidak siap, terkhusus vokasi, maka ada
potensi peningkatan jumlah pengangguran karena kita sedang bonus demografi. Dan kemana arah fokus Indonesia
saat ini dalam memajukan peradaban Negara ? Untuk konsep revolusi
industri 4.0 bukannya lebih berbahaya jika mengintegrasikan dengan IoT? saya kurang menangkap
maksud pertanyaan ini, jadi belum bisa jawab.
2.
Poniran
Asal institusi :
Universitas Riau
Pertanyaan
:
Diskusi
ini merupakan diskusi yang sangat menarik yang dilakukan dengan pemateri
terhebat salam hangat dari Riau Bapak Romadhoni. Berbicara mengenai revolusi
industri 4.0 merupakan suatu hal yang kompleks jika kita ingin mengulas lebih
dalam. Menanggapi pernyataan pemateri yang menyatakan bahwa Making Indonesia
4.0
Latar
Belakang:
Ø Indonesia
merupakan bagian dari negara G20. Tapi proporsi terbesar GDP justru berasal
dari konsumsi: sekitar 55% dan Net Export berada dalam posisi 0%.
Ø Indonesia
mengalami bonus demografi hingga sekitar tahun 2030
Bonus
demografi di Indonesia yang diperkirakan sekitar tahun 2030, apakah hal ini
akan menguntungkan atau merugikan terkait revolusi industri 4.0 ? Mengingat bonus
demografi kita belum mempunyai kualitas SDM yang mumpuni. Mohon penjelasannya ya.
Terimakasih.
Jawaban:
Apakah hal ini akan
menguntungkan atau merugikan terkait revolusi industri 4.0 ?
berpotensi merugikan
kalau kita tidak siap. bayangkan:
- ada 30 juta
tenaga kerja baru
- lapangan
pekerjaan membutuhkan sarjana dan ahli madya yang menguasai konsep dan
teknologi 4.0 (dengan asumsi Industri mau berinvestasi untuk berubah penuh
menjadi 4.0)
- minimnya
jumlah wirausaha kita (3% jumlah penduduk)
maka ada potensi
peningkatan jumlah pengangguran. dan ini bisa menimbulkan potensi baru: masalah
sosial yang dihasilkan.kata kuncinya: sistem pendidikan kita harus siap
bertransisi dan wiraswasta baru harus terus didorong.
Tanggapan:
Sedikit
menanggapi bapak @Romadhani Ardi bagaimana peran mahasiswa terkhusus kita yang
sudah mulai terbuka di diskusi ini langkah nyata kita untuk membantu dan
membentuk sistem pendidikan yang baik untuk revolusi industri 4.0 ini ?
Terimakasih bapak
Menanggapi
tanggapan:
Secara
umum: mahasiswa harus ada yang bercita cita menjadi seorang ahli di salah satu
bidang yang menjadi fondasi Industri 4.0. kita butuh SDM banyak yang harus
mengisi pos pos di berbagai macam level: teknisi operator, manajer, wiraswasta.
jika bukan mahasiswa Indonesia yang mengisi, saya
khawatir yang mengisi adalah tenaga - tenaga asing jika melihat tren
liberalisasi ekonomi kita.
3.
HABIBI
Instansi: UNV.
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
Pertanyaan:
As
we all know that indonesia kaya akan sumber daya alam mulai dr tanaman, maritim
kekayaan laut, budaya, bahan baku pangan, dll. Untuk mencapai *trully industri
0.4* salah satunya adalah meningkatkan produksi diberbagai bidang. Melihat
perkembangan jerman yg telah siap bahkan menjadi negara *industri 0.4* salah
satu faktornya adalah pencapaian tingkat produksi sehingga mampu meraih benefit
yg tinggi setiap tahunnya.
Bisakah
kita indonesia, menjadi negara industri 0.4 dengan memanfaatkan sumber daya
alam ? Sehingga dalam kekayaan indonesia yg melimpah ruah kita tdk hanya
menjadi "penonton" yg notebene skrg ini byk dikuasai oleh pihak
asing.
Jawaban:
Bisakah
kita indonesia, menjadi negara industri 0.4 dengan memanfaatkan sumber daya
alam ? Sehingga dalam kekayaan indonesia yg melimpah ruah kita tdk hanya
menjadi "penonton" yg notebene skrg ini byk dikuasai oleh pihak
asing.
Salah
satu prasyarat untuk menjadi negara maju adalah harus punya competitive
advantage: menguasai teknologi seperti Jerman atau menguasai jasa seperti
Singapura atau UEA.Bahkan contoh negara
seperti Arab Saudi pun sadar kalau minyaknya akan habis, sehingga mereka
membuat Visi 2030. Saudi mulai membuka dirinya untuk bisnis bisnis baru,
seperti WWE.Sumber daya adalah modal, tapi penguasaan teknologi atau jasa yang
dibarengi keberpihakan pemerintah adalah kunci yang paling utama. contoh:
selama ini kita suling minyak di luar negeri.
4.
Malinda
Instansi: Universitas
Bung Karno.
Pertanyaan
:
Apakah
bioteknologi termasuk ke dalam industry 4.0 ? Dan sudah sejauh mana penerapan
bioteknologi di Indonesia khusus nya dibidang pertanian/ketahanan pangan ?
Jawaban:
Maaf mbak Malinda. secara jujur saya tidak mendalami
bioteknologi dan ketahanan pangan.
kesimpulan:
Industry 4.0 adalah tren yang sedang dibaca oleh
dunia. apakah ada alternatif: kirologi sy ada. tapi biar ahli Ekonomi yang
menjawab. kalau pemerintah sudah menyiapkan diri dengan Making Indonesia 4.0,
maka mahasiswa juga demikian. pilih satu bidang yang kita mau jadi ahli di
sana, jangan mau jadi orang yang medioker, dan fokus di situ untuk kontribusi.
No comments:
Post a Comment