"Resep sukses adalah belajar disaat orang lain tidur, bekerja disaat orang lain bermalasan, mempersiapkan disaat orang lain bermain, dan bermimpi disaat orang lain berharap." – William A Ward –

Monday, 25 June 2018

Peran dan Perkembangan Teknologi Industri 4.0

Industry 4.0 adalah nama yang disematkan pada tren revolusi perkembangan industri yang mensinergikan antara pertumbuhan jumlah data yang sangat besar (Big Data) yang didorong utamanya oleh peningkatan konektivitas via Internet of Things dan Cloud Computing sehingga semua hal punya identitas digital dan rekam jejaknya; kemudian dipelajari data tersebut dengan teknik Advanced Data Mining. Data analysis tersebut kemudian dilengkapi dengan perkembangan teknologi automasi dan 3D printing yang semakin fleksibel. Kemudian dasarnya diotaki oleh perkembangan Artificial Intelligence dan Machine Learning. Sebenarnya Industry 4.0 bukan penemuan Baru, tetapi upaya membaca tren industri berdasarkan perkembangan teknologi.
3 Pilar Teknologi pada Industry 4.0, yaitu:
1. Dari sisi fisik
Teknologi fisik dalam bentuk automasi menggunakan robot - robot industri, sensor RFID dan 3D printing berkembang pesat, sehingga menghasilkan sistem produksi di dalam industri yang makin efisien.
2. Dari sisi konektivitas
Dalam konsep Internet of Things, semua alat atau bahkan mungkin manusia akan memiliki identitas digital yang diambil dari sensor", sehingga datanya dapat dikumpulkan secara real time. Data tersebut akan semakin besar sehingga menjadi Big Data yang ditampung dalam Cloud yang semakin besar kapasitasnya. Data tersebut kemudian bisa dipelajari hubungan dan pola di dalamnya dengan teknik Data Mining.
3. Dari sisi otak sistem
Perkembangan Kecerdasan Buatan dan Machine Learning, membuat AI bisa belajar secara mandiri dan bisa mengambil keputusan - keputusan secara mandiri.
Tujuan dari Industry 4.0 adalah menghasilkan industri yang self-optimized yang sangat efisien dan mampu memproduksi dalam bentuk kostumisasi masal. Ada yang harus dicatat bahwa BELUM ada negara yang mencapai Industry 4.0 yang sesungguhnya (*Truly Industry 4.0*) ketika Industri sudah terintegrasi dan terdigitalisasi secara penuh dan kemudian menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang sangat tinggi.
Mengapa tren Industry 4.0 terjadi sekarang ?
Ada 3 hal mengapa era industri sekarang bisa mengarah ke Truly Industri 4.0:
1.    Keberadaan Data
90% data yang tersimpan di internet, dihasilkan dalam 2 tahun terakhir: kita menghasilkan data dalam jumlah yang besar dan bertumbuh dengan pesat setiap tahunnya.
2.   Kemampuan Komputerisasi
Komputer mampu memproses hingga 318000 million instructions per second sekarang ini dibandingkan pada tahun 1970an yang hanya mampu memproses < 1 million million instructions per second.
3.   Kesiapan masyarakat dunia
Ini ditandai dengan persentase penetrasi internet yang semakin tinggi.
Industry 4.0 merupakan kelanjutan 3 revolusi industri yang terjadi sebelumnya. Industri 1.0 adalah saat dimana mesin produksi mekanik berbasis tenaga uap dan air diperkenalkan; pada sekitar tahun 1784. Revolusi teknologi ini me-mekanisasi proses pertambahan nilai yang tadinya berbasis craftmanship dalam dunia fabrikasi dan secara ekonomi keseluruhan didominasi oleh ekonomi agrikultur. Mesin – mesin produksi berkembang. Masyarakat berubah dari petani menjadi buruh dan kota – kota industri bermunculan.
Industri 2.0 adalah saat dimana produksi massal mulai berkembang pesat. Lini produksi dan ban berjalan digunakan secara masif. Walau lini produksi sudah dipakai semenjak 1870 di lini produksi pemotongan ayam di Cincinnati, Ohio AS; revolusi ini menemukan bentuknya pada produksi mobil Ford Motor di medio 1920an. Ford Motor dan perjumpaannya dengan konsep Scientific Management yang dibawa oleh Frederick W. Taylor; memungkinkan produksi massal terjadi secara efisien. Taylor menemukan bahwa sistem kerja bisa dibangun secara saintifik dan kuantitatif. Scientific Managemet mewujudkan konsep Division of Labour-nya Adam Smith kedalam analisis yang sistematis yang kemudian nantinya (bersama dengan Frank Gilberth) melahirkan ilmu Time and Motion Study. Ilmu inilah yang kemudian melahirkan salah satu keilmuan paling penting di dunia: Teknik Industri.
Industry 3.0 terjadi ketika ditemukannya programmable logic controller (PLC) pada tahun 1969 hingga era sekarang. Penemuan PLC membuka pintu dan kemudian menjadi jalan bagi penggunaan robot dan automasi dalam industri. Hal ini diperkuat dengan peningkatan kemampuan proses komputer yang didukung dengan penemuan teknologi:
1.      Transistor (1956 – 1964)
2.      Integrated circuit (1964 - 1971)
3.      Mikroprosesor (1971 – sekarang)
Elemen kunci dari Industry 4.0 adalah:
1. Konektivitas penuh dengan kemampuan pemrosesan real-time
2. Sistem yang terdesentralisasi, cerdas and mampu melakukan self optimizing/organizing
3. Sistem yang berbentuk modular and reconfigurable (mudah dikonfigurasi ulang)
Beberapa contoh klaster teknologi perkembangan teknologi yang mengarahkan ke Truly Industry 4.0:
a.    Interrelasi Klaster Teknologi 1
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø Robotics
Ø Automation equipment
Ø Traditional machinery
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø Advanced algorithms
Ø Machine learning
Ø High-performance hardware
Menghasilkan solusi Industri 4.0:  Self-Learning Robot.
b.  Interrelasi Klaster Teknologi 2
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø  Traditional machinery
Ø  Traditional & semiconductor based sensors
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø  Advanced data analytics
Ø  Database mgmt. systems
Ø  Cloud computing
Menghasilkan solusi Industri 4.0: predictive maintenance, alih - alih preventive apalagi corrective maintenance.
      c. Interrelasi Klaster Teknologi 3
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø  Traditional machinery
Ø  RFID
Ø  Automation equipment
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø  Embedded systems
Ø  Real-time image processing (e.g. OCR)
Ø  Data storage hardware
Menghasilkan solusi Industri 4.0: Self-reconfiguring machineterrelasi Klaster Teknologi 4
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø  Camera & imaging systems
Ø  Visual sensors
Ø  Traditional sensors
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø  Real-time image processing
Ø  Advanced data analytics
Ø  Advanced algorithms
Menghasilkan solusi Industri 4.0: smart environment recognition: smart factori.
Implikasi langsung dari perkembangan teknologi yang memungkinkan konektivitas tingkat  tinggi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dari produksi massal, bahkan kostumisasi massal
2. Sistem produksi fleksibel yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan variabilitas permintaan
pelangga
3. Integrasi nilai dari pelanggan ke dalam sistem pertambahan nilai (baca: produk yang akan dihasilkan  secara utuh
4. Kemampuan menghasilkan produksi dan layanan bernilai tinggi
Lebih rinci lagi, karakteristik Industry 4.0 adalah revolusi industri yang berpotensi mengubah industri : 
  1. From mass production to mass customization
  2. From volume scale effect to localized & flexible units
  3. From planned make to stock to dynamic make to order
  4. From product to usage
  5. From cost driven to ROCE driven
  6.  From Taylorism to flexible work organization
  7. From hard working conditions to attractive work space
Industry 4.0 membutuhkan waktu 10 – 15 tahun agar mencapai maturity (dengan menggunakan asumsi negara seperti Jerman) – sumber Roland Berger:
- Sekarang: laboratory sollution
- 2018 – 2020: installasi projek-projek pilot
- 2020 – 2025: adopsi secara lebih lua
- 2025 – 2030: transisi menjadi True Industry 4.0
Nah, kita harus melihat dan mengacara kepada Pionir dari pengembangan konsep Industry 4.0 sekaligus negeri yang paling siap dalam mencapai Truly Industry 4.0: Jerman
Jerman meluncurkan inisiatif I40 pada tahun 2011
• Objective: Establish Germany as lead market and provider for advanced manufacturing solutions
• Timeline: 2011- 2020
• Focus Sector: iklim / energi, kesehatan, mobilitas, keamanan, komunikasi
• Fokus Teknologi: IoT, Cyber Physical Systems
• Skema Program: pendanaan publik sebesar 200 juta euro dengan pendanaan pihak swasta untuk R & D: 50% untuk UKM
• Dampak program: Expected productivity benefits sebesar EUR 90-150 miliar pada 5-10 tahun mendatang, I40 platform terbesar dan paling bervariasi dalam konteks Industry 4.0, sudah mendanai lebih dari 500 I40 projects
Jika Jerman saja memprediksi butuh waktu 15 tahun untuk mencapai Truly Industri 4.0, bagaimana dengan Indonesia. Pemerintah RI baru saja meluncurkan Peta Jalan (Roadmap) Indonesia dalam mencapai Industry 4.0 dengan menggunakan nama: Making Indonesia 4.0. Sebagai disclaimer, saya hanya menyampaikan apa yang disampaikan pemerintah dan belum melakukan analisis secara sistematis apakah Indonesia SIAP atau TIDAK. Tapi setidaknya dari gambar ini, Indonesia masih dalam posisi yang BELUM SIAP, sehingga keberadaan Making Indonesia 4.0 menjadi relevan.
Jika dilihat dari gambar di atas, posisi Indonesia ada di kuadran kiri bawah: Nascent. maknanya: kompleksitas dan kemampuan produksi dan pendorong kebutuhan produksi Indonesia masih kurang.
 Making Indonesia 4.0
Latar Belakang:
  1. Indonesia merupakan bagian dari negara G20. Tapi proporsi terbesar GDP justru berasal dari konsumsi: sekitar 55% dan Net Export berada dalam posisi 0%.
  2. Indonesia mengalami bonus demografi hingga sekitar tahun 2030
Selain itu, Indonesia ingin menghindarkan diri dari Middle Income Trap atau Economic Vicious Cycle:
Minim investasi ke Teknologi, Infrastruktur, dan SDM > minimnya produktivitas > lemahnya kemampuan untuk mendapatkan pemasukan (net export, foreign direct investment > lemahnya kemampuan finasial > biaya modal yang tinggi > minimnya sumber pembiayaan > Minim investasi ke Teknologi, Infrastruktur, dan SDM (kembali ke awal)
Hubungan pengaruh
Dalam bahasa sederhana: kita selamanya akan menjadi negara berkembang. Padahal kita seharusnya berubah dari negara yang bergantung dari kayanya sumber daya dan murahnya upah buruh; berpindah menjadi negara yang berbasis produktivitas, teknologi dan inovasi. Selain itu ada fakta - fakta lain yang kurang menggemberikan:
Indonesia mengeluarkan pengeluaraan yang sangat minim untuk Teknologi.untuk ICT: hanya 1.3% of GDP, 45 dollar per kapita.
Kenaikan upah buruh relatif tinggi, tetapi tidak didorong peningkatan yang proporsional dari kenaikan produktivitas  (jika dibanding China dan India).
Indonesia adalah negara ASEAN dengan aliran perdagangan terendah di ASEAN (37% dari GDP) dengan dibarengi dengan menurunnya Net Export (0.8% dari GDP).
Investasi asing mengalami stagnansi (rata rata 3.4% dari GDP 2013 – 2016)
Indonesia mengalami deindustrialisasi: komposisi GDP sektor manufaktur menurun dari 25.2% pada tahun 2000 menjadi 21.7% pada 2015 dan diprediksi akan menurun kembali me menjadi 16.3% pada 2030. Sedangkan sektor jasa kita meningkat dengan 11.9% pertumbuhan hingga 2030
Pemerintah berharap: Making Indonesia 4.0 bisa menjadi jalan untuk merevitalisasi industri manufaktur untuk menyerap pertumbuhan jumlah usia kerja akibat bonus demografi (30 juta orang pada 2015 - 2030). Cita - citanya, dengan Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa mencapai:
Ø Meningkatkan net export dari 0.8% dari GDP tahun 2016 hingga 10% dari GDP pada tahun 2030. Benchmarking dari net export Indonesia di ASEAN tahun 2000: 10% dari GDP
Ø Meningkatkan labor productivity / cost menjadi 2x
Ø Meningkatkan persentase pengeluaran R&D, dari 0.3% dari GDP tahun 2016, menjadi 2% di tahun 2030
Berdasarkan kelayakan dan kontribusi nilai (ukuran Industri dan potensi net export), maka dipilihlah 5 sektor industri fokus oleh pemerintah: Industri makanan, tekstil, otomatif, elektronik, kimia. Untuk mencapai itu, pemerintah membuat Roadmap sebagai berikut:

Secara garis besar, ada 10 prioritas nasional dalam mewujudkan Making Indonesia 4.0:
1.      perbaikan alur aliran material dengan memperkuat produksi material sektor hulu
2.      mendesain ulang zona industri dengan membangun peta jalan zona industri nasional
3.      akomodasi standar keberlanjutan (sustainability)
4.      pemberdayaan UMKM termasuk usaha mikro
5.      membangun infrastruktur digital nasional
6.      menarik investasi asing dengan menargetkan perusahaan manufaktur terkemuka global
7.      peningkatan kualitas SDM
8.     pembentukan ekosistem inovasi dengan pengembangan sentra Research & Development & Design (R&D&D) oleh pemerintah, swasta, publik, maupun universitas
9.  menerapkan insentif investasi teknologi dengan memperkenalkan tax exemption atau subsidi untuk adopsi teknologi dan dukungan pendanaan
10.  harmonisasi aturan dan kebijakan dengan melakukan harmonisasi kebijakan dan peraturan lintas kementerian.
Jika dilihat, masih banyak yang harus dikejar untuk mengisi kekosongan roadmap yang sudah dibuat pemerintah. Tetapi kita harus apresiasi pemerintah, karena sy pribadi khawatir Winners take all dalam konteks Industry 4.0 ini: siapa yang menguasai kemampuan Industri 4.0, dia yang akan mendapatkan semuanya. Dalam skala duniasi, kalau tidak diantisipasi dengan baik Prof. Klaus Schwab bilang akan terjadi kerentanan sebagai berikut:
Ketidakmapuan organisasi/bisnis beradaptasi; kegagalan pemerintah untuk meregulasi teknologi baru untuk mengoptimalkan keuntungan; masalah keamanan siber; ketimpangan ekonomi, and polarisasi di masyarakat.
Diskusi:
1.        Abror
Instansi: Unnes
Pertanyaan:
Menurut bapak apakah negara kita telah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0? Darimanakah konsep revolusi industri? Kenapa kita harus mengikuti konsep revolusi industri 4.0 jikalau negara kita memang belum siap dalam menghadapi era modern? Bukankah kita baru selesai dijajah 73 tahun yang lalu? Sedangkan negara maju telah melalui era modern mereka (postmodernisme). 132 juta orang pengguna internet di Indonesia dengan durasi rata-rata menggunakan internet 8 jam 51 menit per harinya, data dari wearesocial.com. Bagaimana dampak yang diberikan oleh revolusi industri 4.0 terhadap masyarakat, dan peran apa yang dapat diambil oleh orang-orang intelektual? Dan kemana arah fokus Indonesia saat ini dalam memajukan peradaban Negara ?
Untuk konsep revolusi industri 4.0 bukannya lebih berbahaya jika mengintegrasikan dengan IoT ? Menurut bapak apakah negara kita telah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0?
Jawaban:
Belum. dari gambar yang saya share tadi, kita masuk dalam kuadran yang belum siap. jauh tertinggal dari Singapura. Darimanakah konsep revolusi industri? konsep ini sering kita pakai untuk menggambarkan proses transisi masyarakat Inggris tahun 1760an, dari masyarakat agraris ke masyarakat Industri dengan ditemukannya mesin uap. revolusi Industri 4.0 adalah upaya ahli untuk membuat analisis hubungan antara tiap revolusi. Revolusi: perubahan yang terjadi secara radikal, atau pakai bahasa sekarang: disruptive.
Kenapa kita harus mengikuti konsep revolusi industri 4.0 jikalau negara kita memang belum siap dalam menghadapi era modern? Profesor saya di Jerman termasuk yang skeptis terhadap Industry 4.0. saya juga bertemu dengan Profesor dari UTM Malaysia yang menyampaikan hal yang sama. Masalahnya adalah: jika kita tidak mencoba untuk menguasai, atau minimal memahami konsep ini, maka sy khawatir bahwa negara - negara yang menguasai ini akan mendapatkan semua manfaatnya, sedangkan kita tidak. catatan: tidak semua jenis Industri membutuhkan Truly Industry 4.0.
Bagaimana dampak yang diberikan oleh revolusi industri 4.0 terhadap masyarakat, dan peran apa yang dapat diambil oleh orang-orang intelektual? Yang paling sering dibayangkan, tapi susah diantisipasi: perubahan kebutuhan tenaga kerja. banyak pekerjaan yang akan diotomasi dan digantikan oleh robot. dan akan muncul pekerjaan - pekerjaan baru. kalau sistem pendidikan kita tidak siap, terkhusus vokasi, maka ada potensi peningkatan jumlah pengangguran karena kita sedang bonus demografi. Dan kemana arah fokus Indonesia saat ini dalam memajukan peradaban Negara ? Untuk konsep revolusi industri 4.0 bukannya lebih berbahaya jika mengintegrasikan dengan IoT? saya kurang menangkap maksud pertanyaan ini, jadi belum bisa jawab.
2.        Poniran
Asal institusi : Universitas Riau
Pertanyaan :
Diskusi ini merupakan diskusi yang sangat menarik yang dilakukan dengan pemateri terhebat salam hangat dari Riau Bapak Romadhoni. Berbicara mengenai revolusi industri 4.0 merupakan suatu hal yang kompleks jika kita ingin mengulas lebih dalam. Menanggapi pernyataan pemateri yang menyatakan bahwa Making Indonesia 4.0
Latar Belakang:
Ø  Indonesia merupakan bagian dari negara G20. Tapi proporsi terbesar GDP justru berasal dari konsumsi: sekitar 55% dan Net Export berada dalam posisi 0%.
Ø  Indonesia mengalami bonus demografi hingga sekitar tahun 2030
Bonus demografi di Indonesia yang diperkirakan sekitar tahun 2030, apakah hal ini akan menguntungkan atau merugikan terkait revolusi industri 4.0 ? Mengingat bonus demografi kita belum mempunyai kualitas SDM yang mumpuni. Mohon penjelasannya ya. Terimakasih.
Jawaban:
Apakah hal ini akan menguntungkan atau merugikan terkait revolusi industri 4.0 ?
berpotensi merugikan kalau kita tidak siap. bayangkan:
- ada 30 juta tenaga kerja baru
- lapangan pekerjaan membutuhkan sarjana dan ahli madya yang menguasai konsep dan teknologi 4.0 (dengan asumsi Industri mau berinvestasi untuk berubah penuh menjadi 4.0)
- minimnya jumlah wirausaha kita (3% jumlah penduduk)
maka ada potensi peningkatan jumlah pengangguran. dan ini bisa menimbulkan potensi baru: masalah sosial yang dihasilkan.kata kuncinya: sistem pendidikan kita harus siap bertransisi dan wiraswasta baru harus terus didorong.
Tanggapan:
Sedikit menanggapi bapak @Romadhani Ardi bagaimana peran mahasiswa terkhusus kita yang sudah mulai terbuka di diskusi ini langkah nyata kita untuk membantu dan membentuk sistem pendidikan yang baik untuk revolusi industri 4.0 ini ? Terimakasih bapak
Menanggapi tanggapan:
Secara umum: mahasiswa harus ada yang bercita cita menjadi seorang ahli di salah satu bidang yang menjadi fondasi Industri 4.0. kita butuh SDM banyak yang harus mengisi pos pos di berbagai macam level: teknisi operator, manajer, wiraswasta. jika bukan mahasiswa Indonesia yang mengisi, saya khawatir yang mengisi adalah tenaga - tenaga asing jika melihat tren liberalisasi ekonomi kita.
3.    HABIBI
Instansi: UNV. SULTAN SYARIF KASIM RIAU
Pertanyaan:
As we all know that indonesia kaya akan sumber daya alam mulai dr tanaman, maritim kekayaan laut, budaya, bahan baku pangan, dll. Untuk mencapai *trully industri 0.4* salah satunya adalah meningkatkan produksi diberbagai bidang. Melihat perkembangan jerman yg telah siap bahkan menjadi negara *industri 0.4* salah satu faktornya adalah pencapaian tingkat produksi sehingga mampu meraih benefit yg tinggi setiap tahunnya.
Bisakah kita indonesia, menjadi negara industri 0.4 dengan memanfaatkan sumber daya alam ? Sehingga dalam kekayaan indonesia yg melimpah ruah kita tdk hanya menjadi "penonton" yg notebene skrg ini byk dikuasai oleh pihak asing.
Jawaban:
Bisakah kita indonesia, menjadi negara industri 0.4 dengan memanfaatkan sumber daya alam ? Sehingga dalam kekayaan indonesia yg melimpah ruah kita tdk hanya menjadi "penonton" yg notebene skrg ini byk dikuasai oleh pihak asing.
Salah satu prasyarat untuk menjadi negara maju adalah harus punya competitive advantage: menguasai teknologi seperti Jerman atau menguasai jasa seperti Singapura atau  UEA.Bahkan contoh negara seperti Arab Saudi pun sadar kalau minyaknya akan habis, sehingga mereka membuat Visi 2030. Saudi mulai membuka dirinya untuk bisnis bisnis baru, seperti WWE.Sumber daya adalah modal, tapi penguasaan teknologi atau jasa yang dibarengi keberpihakan pemerintah adalah kunci yang paling utama. contoh: selama ini kita suling minyak di luar negeri.
4.        Malinda
Instansi: Universitas Bung Karno.
Pertanyaan :
Apakah bioteknologi termasuk ke dalam industry 4.0 ? Dan sudah sejauh mana penerapan bioteknologi di Indonesia khusus nya dibidang pertanian/ketahanan pangan ?
     Jawaban:
Maaf mbak Malinda. secara jujur saya tidak mendalami bioteknologi dan ketahanan pangan.
kesimpulan:
Industry 4.0 adalah tren yang sedang dibaca oleh dunia. apakah ada alternatif: kirologi sy ada. tapi biar ahli Ekonomi yang menjawab. kalau pemerintah sudah menyiapkan diri dengan Making Indonesia 4.0, maka mahasiswa juga demikian. pilih satu bidang yang kita mau jadi ahli di sana, jangan mau jadi orang yang medioker, dan fokus di situ untuk kontribusi.

No comments:

Post a Comment

Baca Juga Artikel Ini close button minimize button maximize button