Pendahuluan
Energi mempunyai peranan penting dalam berbagai kegiatan
ekonomi dan kehidupan masyarakat. Dalam pembangunan nasional, energi menjadi
salah satu faktor masukan ekonomi yang sangat penting dalam proses produksi,
selain faktor modal, tenaga kerja, bahan baku dan teknologi.Menjelang akhir
abad ini, Indonesia menghadapi masalah energi yang sangat serius. Khususnya
energi yang berasal dari minyak bumi. Selama ini minyak bumi menjadi tumpuan
utama dalam pembangunan nasional, baik sebagai sumber energi maupun sebagai sumber pendapatan.
Akan tetapi keadaan tersebut tidak dapat diandalkan pada
masa mendatang karena keberadaan minyak bumi di Indonesia akan habis. Oleh
karena itu perlu dicari sumber energi alternatif yang dapat digunakan.Indonesia
dikaruniai potensi batubara berkualitas baik yang sangat melimpah. Sejalan
dengan kebijakan diversifikasi energi, batubara memiliki peluang sangat besar
untuk menggantikan peranan minyak bumi.
Sejarah Pertambangan Batubara
Pengusahaan batubara Indonesia telah berlangsung lama.
Tambang batubara pertama dilakukan di Pengaron, Kalimantan Timur pada tahun
1849 oleh NV.Oost Borneo Maatsnhappij. Kemudian disusul oleh tambang batubara swasta lainnya di daerah pelaron
pada tahun 1888. Di Sumatera, tambang batubara pertama kali beroperasi adalah
tambang batubara Ombilin di Sawah Lunto pada tahun 1892. Kemudian disusul oleh
tambang batubara Bukit Asam di Sumatera Selatan pada tahun 1919.
Pada tahun 1968, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
1968 tambang batubara Ombilin, Bukit Asam dan Mahakanm di Kalimantan Timur
menjadi Unit produksi di bawah Perusahaan Negara Tambang Batubara. Tetapi pada
tahun 1970, unit produksi Mahakam di tutup. Hal ini disebabkan mulai
digunakannya mesin diesel di sektor perhubungan dan pembangkit tenaga listrik
yang sebelumnya menggunakan batubara.
Tambang Batubara Sawahlunto via padangkita |
Pada tahun 1973, setelah terjadi krisis minyak bumi,
perhatian dunia mulai beralih ke batubara sebagai bahan bakar. Sejak saat ini
timbul rencana untuk mengembangkan Tambang Batubara Bukit Asam secara
besar-besaran. Oleh karena itu berdasarkan peraturan pemerintah No. 24 Tahun
1980, unit produksi Bukit Asam berubah statusnya menjadi PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (persero) yang terpisah dari Perusahaan Negara. Dalam rangka
penyesuaian bentuk BUMN terhadap UU No. 9 Tahun 1969, maka berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1984 status Perusahaan Negara Tambang
Batubara berubah menjadi Perum Tambang Batubara. Dengan alasan peningkatan
efisiensi dan penyederhanaan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun
1990, Perum Tambang Batubara dilebur dan dibubarkan kedalam PT. Tambang
Batubara Bukit Asam.
Pengertian dan Batasan Batubara
Batubara adalah benda padat yang mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen dalam kombinasi kimia bersama-sama dengan sedikit sulfur
dan nitrogen. Terdapat di lapisan kulit bumi yang berasal dari sisa-sisa
tumbuhan yang telah mengalami metamorfosis dalam waktu relatif lama.Batubara
merupakan salah satu bahan bakar yang digunakan selain minyak dan gas bumi
serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar energi maupun bahan baku industri.
Sifat terpenting batubara berhubungan dengan pembakaran.
Proses pembakaran batubara dalam kondisi udara, yaitu semua zat yang mudah
terbakar, akan terbakar dan sisanya berupa abu. Dan proses pembakaran tanpa
udara sering disebut karbonisasi dihasilkan kokas, tar, dan produksi lain. Dalam proses pembakaran batubara akan mengurai menjadi
:
1. Uap air
2. Zat terbang terdiri dari :Gas, yaitu H2, CO, CO2, dan
hidrokarbon ringan,Cairan dan hidrokarbon berat
dan Tar, terdiri dari senyawa
hidrokarbon berat.
3. Kokas, berupa padatan karbon
4. Abu, terdiri dari oksida anorganik
Dalam proses pembakaran batubara, tahap-tahap yang
terjadi sebagai berikut:
- Pemanasan partikel batubara yang berasal dari radiasi, konveksi dan
konduksi dari lingkungan.
- Pengeluaran zat terbang.
- Pencampuran
zat terbang dengan oksigen dan reaksi pembakarannya.
- Difusi
oksigen ke dalam sisa arang dan pembakarannya.
Reaksi pembakaran tersebut adalah reaksi antara oksigen
dengan unsur-unsur dalam batubara yang dapat terbakar seperti karbon, hidrogen,
nitrogen, dan sulfur, yang akan menghasilkan CO2, H2O, NO dan SO2.
Sifat kimia dari batubara ditentukan oleh jenis dan
jumlah unsur kimia yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan asalnya. Faktor dan
kondisi yang menyebabkan perubahan pada batubara yakni bakteri pembusuk,
temperatur, tekanan dan waktu.
Proses Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami
proses pembusukan, pemampatan dan proses perubahan sebagai akibat bermacam-macam
pengaruh kimia dan fisika. Proses pembentukan dari sisa tumbuh-tumbuhan menjadi
gambut, kemudian menjadi batubara muda sampai batubara tua dalam dua tahap :
1.Tahap Biokimia, merupakan tahap awal dari proses
pembatubaraan. Pada tahap ini menjadi proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan yang
disebabkan oleh bekerjanya bakteri anaerob. Karena produk warna dari proses ini
adalah gambut, maka tahap awal pembatubaraan sering di sebut penggambutan (peatification)
2.Tahap Geokimia, proses inilah yang di sebut proses
pembatubaraan (coalification). Bertambah gelapnya warna dari massa
pembentukan batubara, naiknya kekerasan dan perubahan tekstur. Pada proses ini terjadi perubahan dari gambut menjadi
lignit, sub bituminus dan akhirnya antrasit menjadi meta antrasit.
Adapun urutan pembentukan batubara sebagai berikut :
Gambut
Tumbuhan yang telah mati akan mengalami dekomposisi
sebagian dan terakumulasi dalam payau. Gambut ini masih tercampur dengan lumpur
pada waktu pengambilannya, sehingga kandungan airnya antara 80-90%. Gambut yang
telah dikeringkan di udara terbuka mengandung air antara 5%–6%. Gambut tersebut
akan menjadi bahan bakar yang lebih baik tetapi nilai kalornya kecil. Gambut
kering dapat di buat menjadi briket dengan proses tekan ataupun dengan mengunakan
zat pengikat seperti tar.
Lignit
Merupakan suatu nama yang digunakan untuk produk
kualifikasi gambut tahap pertama. Lignit biasanya mengandung sedikit material
kayu dan mempunyai struktur yang lebih kompak di banding gambut. Lignit segar
yang baru di tambang mempunyai kandungan air antara 20 – 24% dengan nilai kalor
3056-4611 kalori/gram sedangkan untuk lignit bebas air dan abu berkisar antara
10000-11111 kalori/gram.
Sub
bituminus
Jenis batubara ini biasanya berwarna hitam mengkilap
seperti kilapan logam tetapi karakternya sering berubah. Pada waktu di tambang
kandungan airnya mencapai 40% dengan nilai kalor sekitar 4444–6111 kalori/gram.
Bituminus
Tingkatan-tingkatan batubara, khususnya sebagai bahan
bakar dengan nilai kalor antara 4444–8333 kalori/gram. Batubara bituminus perlu
dikategorikan ke dalam beberapa sub-kelas akibat peran dan keragamannya, yaitu
:
1. Bituminus dengan kandungan zat terbang tinggi
2. Bituminus dengan kandungan zat terbang menengah
3. Bituminus dengan kandungan zat terbang rendah
Khususnya untuk batubara yang mengandung zat terbangnya
menengah biasanya di sebut batubara semibituminus. Hal ini disebabkan tingginya
kandungan karbon padat yang mengakibatkan sedikit sekali asap selama
pembakaran. Batubara ini umumnya digunakan untuk meningkatkan jumlah uap panas
yang diinginkan. Batubara ini digunakan untuk kokas dan pabrik gas di amerika
Serikat.
Semiantrasit
Batubara semiantrasit merupakan batubara yang memiliki
karakter antara batubara bituminus yang kandungan zat terbangnya tinggi dengan
antrasit. Kandungan zat terbang batubara ini berkisar antara 8 – 14 % dengan
demikian batubara ini lebih mudah terbakar dibandingkan antrasit dengan warna
nyala sedikit kekuning-kuningan.
Antrasit
Pada umumnya antrasit di sebut batubara keras. Sifat
antrasit ditentukan oleh susunan keteraturan molekul dan derajat kilap, maka
antrasit menyala perlahan-lahan serta nilai kalor tinggi antara 7222 – 7778
kalori/gram dengan nyala biru pucat dan bebas asap.
Komponen-Komponen
Dalam :
Air
Air dalam batubara di bagi menjadi dua bagian yaitu
air bebas (free moisture), air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan
mempunyai tekanan uap normal dimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan
pembasahan selama penambangan, transportasi, penyimpanan dan lain-lain. Air
lembab (moisture in air dried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam
batubara dan mempunyai tekanan uap di bawah normal.
Karbon, Hidrogen dan Oksigen
Karbon, hidrogen dan oksigen merupakan unsur pertama
pembentukan batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai
umur, jenis dan sifat-sifat dari batubara.
Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih
dari 2%. Nitrogen dalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat
pada ikatan karbon.
Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat sebagai berikut :
1. Sulfur besi dan sering di sebut sebagai pirit sulfur
2. Sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi
sulfat
3. Sulfur organik
A b u
Abu yang terbentuk pada pembakaran batubara berasal
dari mineral-mineral yang terikat kuat pada batubara seperti silika, alumunium
oksida, ferri oksida, kalsium oksida, titan oksida dan oksida alkali. Mineral-mineral ini tidak menyublim pada pembakaran di
bawah 925oC. Abu yang terbentuk ini diharapkan akan keluar sebagai sisa
pembakaran.
Klor
Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium,
kalium dan litium terikat sebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3
– 0,4%.
Klasifikasi
Batubara Menurut Jenis dan Kualitasnya
ASTM
Classification
American Standard Association and American Society for
Testing Material. Cara ini berdasarkan proses pembentukan batubara dari lignit
sampai antrasit. Klasifikasi ASTM memerlukan data sebagai berikut :
Persen
karbon padat “dmmf’ (dry mineral matter free)
Persen
zat terbang “dmmf”
100% - %karbon padat “dmmf”
Nilai
kalor “mmmf “ (mois mineral matter free)
International
Classification
Menurut sifat fisik dan lingkungan pembentukannya
batubara di bagi menjadi tujuh golongan, yaitu : fusit, vitrit, durit,
pseudo, cannel coal dan boghead. Tujuh golongan ini dirumuskan oleh kongres batubara international
haarlem, Belanda. Sedangkan menurut analisis kimianya klasifikasi internasional
digunakan untuk menentukan nomor kode yang terdiri dari tiga angka, yaitu :
1.
Angka
pertama menyatakan kelas 1-9 yang dapat ditentukan dari zat terbang dan nilai
kalor.
2.
Angka
kedua menyatakan kelas 0 – 3 yang dapat ditentukan dari roga indeks dan nilai
muai bebas.
3.
Angka
ketiga menyatakan sub kelas 0 – 5 yang dapat ditentukan dari hasil dilatometer
dan type kokas gray king assay.
Dalam klasifikasi internasional diperlukan data
sebagai berikut :
Persen
zat terbang “daf”
Zat terbang “ adb” x
Nilai kalor dalam satuan kalori/gram “maf”
(moist ash free)
Nilai kalor “adb” x
Sifat coking batubara
National Coal Board Classification
Cara ini berdasarkan metode Coal Rank Code (CRC) yang membutuhkan
data zat terbang dan gray king assay, yaitu :
Persen zat terbang “dmmf” (dry mineral matter
free)
100% - %
karbon padat ‘dmmf”
Karbon padat “dmmf “
Type
kokas dan gray king assay
No comments:
Post a Comment