"Resep sukses adalah belajar disaat orang lain tidur, bekerja disaat orang lain bermalasan, mempersiapkan disaat orang lain bermain, dan bermimpi disaat orang lain berharap." – William A Ward –

Saturday 30 September 2017

Proses Kerja Vacuum Distilation Unit (VDU)

Pendahuluan

Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen penyusunnya. Dengan hanya memiliki CDU, Baca Juga Proses Kerja Crude Distilation Unit (CDU) maka CDU hanya memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume feed, sedangkan 40-50% volume feed yang berupa atmospheric residue biasanya hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah. 

Secara umum temperatur cracking minyak mentah/crude adalah sekitar 370º C (UOP menyebut 385º C) pada tekanan 1 atmosfer (sebenarnya bervariasi tergantung jenis crude, tetapi secara umum rata-rata pada temperatur tersebut). Oleh karena itu pemisahan minyak yang dilakukan di Crude Distillation Unit tidak boleh melebihi temperature 370º C agar minyak tidak mengalami cracking. 

Ide dasar operasi VDU adalah bahwa titik didih (boiling point) semua material turun dengan menurunnya tekanan. Sebagai contoh, pada tekanan 1 atmosfer air mempunyai titik didih 100º C, sedangkan pada tekanan 10 atmosfer air mempunyai titik didih 180º C. Jika tekanan dikurangi hingga 1 psia maka titik didih air akan menjadi 39º C.

Teori Vacuum Distillation Unit

Crude oil mengandung berbagai macam komponen yang mempunyai titik didih berbeda-beda, seperti tergambar dalam gambar berikut :

Gambar 1. Komposisi Crude Oil

Seperti terlihat pada gambar di atas, crude oil mengandung komponen yang mempunyai titik didih > 370º C. Jika bottom CDU (atau biasa disebut atmospheric residue atau long residue atau reduced crude) pada tekanan atmosferis dipanaskan hingga temperature > 370º C untuk dapat menguapkan komponen vacuum gas oil yang terkandung dalam long residue, maka akan terjadi thermal decomposition. 

Dengan menurunkan tekanan, hingga < 1 psia, maka komponen vacuum gas oil tersebut dapat dipisahkan dari bottom VDU (atau biasa disebut vacuum residue atau short residue) tanpa mengalami thermal decomposition. Kemudian keduanya (vacuum gas oil dan vacuum residue) dapat dipisahkan menjadi 2 stream yang bebeda untuk dapat meningkatkan margin kilang. 

Terdapat 2 jenis Vacuum Distillation Unit, yaitu : 

Fuel type 

Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi terbatas, yang biasanya menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil, Heavy Vacuum Gas Oil, dan Vacuum Residue. Produk Light Vacuum Gas Oil biasanya sudah memenuhi spesifikasi diesel dan dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan. Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya dikirim ke unit Hydrocracker atau Fluid Catalytic Cracking / FCC. Sedangkan vacuum residue dapat diolah di Delayed Coking Unit atau Visbraker atau sebagai komponen blending Low Sulfur Waxy Residue (LSWR) atau sebagai komponen blending fuel oil. 

Lubes type 

Vacuum Distillation Unit lubes type memerlukan pemisahan yang baik diantara lube cuts. Umpan VDU jenis ini sudah sangat tertentu karena produk-produk lubes cut mempunyai spesifikasi yang sangat sempit. VDU lubes type biasanya mempunya pressure drop yang lebih tinggi dan cut point yang lebih rendah daripada VDU fuel type. VDU lubes type biasanya memproduksi 3-4 macam lube base oil dengan spesifikasi yang jauh lebih ketat jika dibandingkan produk VDU fuel type (terutama dalam hal spesifikasi viscosity dan viscosity index). 

Perbedaan antara CDU dan VDU dapat dilihat pada tabel berikut ini : 

Tabel I. Perbedaan antara CDU dan VDU

Parameter
CDU
VDU
Flash Zone Pressure
1 atm (760 mmHg)
30 mmHgA
Flash Zone Temp.
330-350º C
400-410º C
Heater COT
330-350º C
416-427º C
Produk
LPG, Naphtha, Kerosene, Diesel, Atmospheric Residue
Light Vacuum Gas Oil, Heavy Vacuum Gas Oil, Vacuum Residue (untuk VDU fuel type) dan Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube-Cut-3 (untuk VDU lubes type; nama tergantung viscosity atau viscosity index-nya).

Feed dan Produk Vacuum Distillation Unit 

1. Feed dan Produk VDU Fuel Type 

Seperti telah dijelaskan diatas, feed VDU fuel type adalah atmospheric residue yang berasal dari CDU (boiling range 370 s/d 540º C+), sedangkan produknya berupa Light Vacuum Gas Oil (boiling range 243 s/d 382º C), High Vacuum Gas Oil (boiling range 365 s/d 582º C), dan Vacuum Residue (boiling rang 582º C+).

Gambar 2. Typical Product CDU dan VDU

III.2. Feed dan Produk VDU Lubes Type

Feed VDU lubes type dapat berupa atmospheric residue yang berasal dari CDU (untuk Lube Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade rendah/non-sintetis) atau berupa unconverted oil yang berasal dari unit Hydrocracker (untuk Lube Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade tinggi/sintetis).

Produk-produk VDU lubes type tergantung jenis grade lube base oil yang ingin dihasilkannya, biasanya ada 3 jenis grade yang dapat dihasilkan oleh VDU lubes type.

IV.Aliran Proses Vacuum Distillation Unit

IV.1. Aliran Proses VDU Fuel Type

Aliran proses VDU Fuel Type secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Process Flow Diagram VDU Fuel Type

IV.2. Aliran Proses VDU Lubes Type

Aliran proses VDU Lubes Type secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4. Process Flow Diagram VDU Lubes Type

V.Variabel Proses Vacuum Distillation Unit 

Variabel proses yang berpengaruh pada operasi Vacuum Distillation Unit adalah tekanan kolom VDU, temperature flash zone, temperature draw off produk (LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3 untuk VDU lubes type). 

V.1. Tekanan 

Variabel proses utama yang mempengaruhi operasi VDU dan yield produk gas oil adalah tekanan kolom VDU. Semakin vacuum tekanan kolom VDU, maka semakin banyak yield produk gas oil dapat dihasilkan. Tekanan kolom VDU yang dijadikan acuan adalah tekanan top kolom VDU. Biasanya tekanan top kolom VDU diatur sekitar 15 mmHg untuk dapat memaksimalkan yield produk. Semakin tinggi tekanan kolom maka yield produk gas oil akan semakin sedikit dan yield produk vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top kolom VDU sebesar 15 mmHg, maka tekanan bottom kolom VDU/tekanan flash zone biasanya sekitar 30 mmHg (untuk kondisi tray yang bersih). 

V.2. Flash Zone Temperature 

Setelah tekanan, maka temperatur flash zone menjadi variabel proses lain yang penting. Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak pula yield produk gas oil yang dihasilkan. Namun flash zone temperature tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan kecenderungan pembentukan coke pada sekitar flash zone (terutama di area slop wax) menjadi tinggi. Best practice yang biasa dipakai adalah temperature flash zone dijaga agar temperature draw off slop wax tidak lebih dari 380º C atau temperature stack slop wax tidak lebih dari 400º C. Namun jika kondisi packing tray sangat kotor maka best practice ini menjadi hampir tidak mungkin dipakai, karena dengan menjaga kondisi operasi seperti ini yield gas oil akan sangat rendah dan yield vacuum bottom akan menjadi sangat tinggi. Best practice ini dapat sedikit diabaikan sambil menunggu kedatangan packing tray dan plant stop untuk penggantian packing tray. Kenaikan temperature draw off slop wax sebesar 10º C akan menaikkan kecepatan pembentukan coking sebanyak 2 kali lipat (UOP Engineering Design Seminar, Des Plaines – Materi Vacuum Unit Design). Biasanya flash zone temperature dijaga antara 397 s/d 410º C. 

Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan mengatur Combined Outlet Temperatur/COT fired heater. 

V.3. Temperatur Bottom Kolom VDU 

Temperatur bottom kolom VDU harus dijaga antara 370-380ºC dengan alasan yang sama seperti telah dijelaskan pada point V.2. Pengendalian temperatur bottom kolom VDU ini dilakukan dengan mengatur jumlah produk bottom kolom VDU yang dikembalikan lagi ke bottom kolom VDU setelah sebagian panasnya diserap di feed/bottom heat exchanger. 

V.4. Residence Time Produk Bottom di Bottom Kolom VDU 

Semakin tinggi level bottom kolom VDU maka semakin tinggi juga residence time-nya. Biasanya level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 % yang merupakan optimasi antara residence time dan menghindari terjadinya loss suction pada pompa bottom kolom VDU. 

V.5. Temperatur Slop Wax 

Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk menghilangkan 5% gas oil terberat dari aliran uap yang mengalir ke atas dari flash zone. Kepentingan penghilangan 5% gas oil terberat adalah untuk menghilangkan kandungan metal dan asphaltene yang biasanya terkandung di dalam fraksi terberat gas oil. Pengaturan temperature slop wax tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan cara mengatur temperature flash zone/combined outlet temperature fired heater. Best practice pengaturan temperature slop wax adalah seperti telah dijelaskan pada point V.2. 

V.6. Jumlah/Temperature Hot Reflux HVGO 

Hot reflux HVGO biasa disebut juga sebagai HVGO wash karena aliran reflux ini berfungsi untuk mencuci/membasahi packing tray yang berada pada bagian bawah HVGO accumulator agar pada packing tray tidak terjadi coking. Best practice UOP, jumlah hot reflux HVGO adalah 0,3-0,5 gpm/ft2 luas permukaan packing tray (2006 UOP Engineering Design Seminnar, Des Plaines, USA). 

V.7. Jumlah/Temperature Cold Reflux HVGO 

Cold reflux HVGO berfungsi untuk mengatur spesifikasi produk HVGO. Semakin tinggi temperature cold reflux HVGO (dan/atau semakin banyak jumlah cold reflux HVGO) maka semakin banyak fraksi yang lebih berat yang terkandung di dalam produk HVGO sehingga akan berefek pada kualitas HVGO seperti end point HVGO dan kandungan metal meningkat. 

V.8. Gas Oil Draw off Temperature 

Gas oil draw off temperature diatur untuk dapat menghasilkan yield produk gas oil (LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3 untuk VDU lubes type). Untuk VDU fuel type dapat diatur dengan memaksimalkan produk LVGO atau dengan memaksimalkan produk HVGO. Jika spesifikasi produk LVGO sudah dapat memenuhi spesifikasi produk diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan produk LVGO dan meminimalkan produk HVGO. Namun jika spesifikasi produk LVGO tidak dapat memenuhi spesifikasi produk diesel dan hanya digunakan sebagai salah satu komponen blending diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan HVGO, karena HVGO dapat diolah di unit Hydrocracker yang akan meng-crack HVGO menjadi produk-produk yang bernilai lebih tinggi, yaitu, LPG, Naphtha, Kerosene, dan Diesel. 

VII. Istilah-istilah

• COT Combined Outlet Temperatur, yaitu temperature gabungan pada outlet dari tiap flow pass fired heater.

•Flash zone temperature Temperatur inlet kolom (VDU/CDU/fraksinasi).

•Reflux Aliran produk kolom fraksinasi yang dikembalikan ke kolom fraksinasi untuk mengatur spesifikasi dan jumlah produk yang dihasilkan oleh kolom fraksinasi.

•Temperature draw off Temperature tarikan produk dari kolom (VDU/CDU/fraksinasi).

•UCO Unconverted oil, yaitu minyak yang tidak konversi (biasanya sebutan UCO ini adalah untuk bottom kolom fraksinasi unit Hydrocracker).

Pustaka

Operation Manual for Unit 110 Vacuum Distillate Unit, Pakistan-Arabian Refinery Limited, Mid-Country Refinery Project (PARCO), Mahmood Kot, Pakistan.

2006 UOP Engineering Design Seminar, Des Plaines, USA.

No comments:

Post a Comment

Baca Juga Artikel Ini close button minimize button maximize button